watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita Sexs
Gara Gara Ayam goreng

Pada waktu itu aku pulang dari kampus sekitar
pukul 20:00 karena ada kuliah malam.
Sesampainya di tempat kost, perutku minta diisi.
Aku langsung saja pergi ke warung tempat
langgananku di depan rumah. Warung itu milik
Ibu Sari, umurnya 30 tahun. Dia seorang janda
ditinggal mati suaminya dan belum punya anak.
Orangnya cantik dan bodynya bagus. Aku
melihat warungnya masih buka tapi kok
kelihatannya sudah sepi. Wah, jangan-jangan
makanannya sudah habis, aduh bisa mati
kelaparan aku nanti. Lalu aku langsung masuk ke
dalam warungnya.
“Tante..?”
“Eee.. Dik Sony, mau makan ya?”
“Eee.. ayam gorengnya masih ada, Tante?”
“Aduhh.. udah habis tuch, ini tinggal kepalanya
doang.”
“Waduhh.. bisa makan nasi tok nich..” kataku
memelas.
“Kalau Dik Sony mau, ayo ke rumah tante. Di
rumah tante ada persediaan ayam goreng. Dik
Sony mau nggak?”
“Terserah Tante aja dech..”
“Tunggu sebentar ya, biar Tante tutup dulu
warungnya?”
“Mari saya bantu Tante.”
Lalu setelah menutup warung itu, saya ikut
dengannya pergi ke rumahnya yang tidak jauh
dari warung itu. Sesampai di rumahnya..
“Dik Sony, tunggu sebentar ya. Oh ya, kalau mau
nonton TV nyalakan aja.. ya jangan malu-malu.
Tante mau ganti pakaian dulu..”
“Ya Tante..” jawabku.
Lalu Tante Sari masuk ke kamarnya, terus
beberapa saat kemudian dia keluar dari kamar
dengan hanya mengenakan kaos dan celana
pendek warna putih. Wow keren, bodynya yang
sexy terpampang di mataku, puting susunya
yang menyembul dari balik kaosnya itu, betapa
besar dan menantang susunya itu. Kakinya yang
panjang dan jenjang, putih dan mulus serta
ditumbuhi bulu-bulu halus.
Dia menuju ke dapur, lalu aku meneruskan
nonton TV-nya. Setelah beberapa saat.
“Dik.. Dik Sony.. coba kemari sebentar?”
“Ya Tante.. sebentar..” kataku sambil berlari
menuju dapur.
Setelah sampai di pintu dapur.
“Ada apa Tante?” tanyaku.
“E.. Tante cuman mau tanya, Dik Sony suka
bagian mana.. dada, sayap atau paha?”
“Eee.. bagian paha aja, Tante.” kataku sambil
memandang tubuh Tante Sari yang tidak bisa
diungkapkan oleh kata-kata. Tubuhnya begitu
indah.
“Dik Sony suka paha ya.. eehhmm..” katanya
sambil menggoreng ayam.
“Ya Tante, soalnya bagian paha sangat enak dan
gurih.” kataku.
“Aduhh Dik.. tolong Dik.. paha Tante gatel..
aduhh.. mungkin ada semut nakal.. aduhh..”
Aku kaget sekaligus bingung, kuperiksa paha
Tante. Tidak ada apa-apa.
“Nggak ada semutnya kok Tante..” kataku sambil
memandang paha putih mulus plus bulu-bulu
halus yang membuat penisku naik 10%.
“Masak sih, coba kamu gosok-gosok pakai tangan
biar gatelnya hilang.” pintanya.
“Baik Tante..” lalu kugosok-gosok pahanya
dengan tanganku. Wow, begitu halus, selembut
kain sutera dari China.
“Bagaimana Tante, sudah hilang gatelnya?”
“Lumayan Dik, aduh terima kasih ya. Dik Sony
pintar dech..” katanya membuatku jadi
tersanjung.
“Sama-sama Tante..” kataku.
“Oke, ayamnya sudah siap.. sekarang Dik Sony
makan dulu. Sementara Tante mau mandi dulu
ya.” katanya.
“Baik Tante, terima kasih?” kataku sambil
memakan ayam goreng yang lezat itu.
Disaat makan, terlintas di pikiranku tubuh Tante
Sari yang telanjang. Oh, betapa bahagianya
mandi berdua dengannya. Aku tidak bisa
konsentrasi dengan makanku. Pikiran kotor itu
menyergap lagi, dan tak kuasa aku menolaknya.
Tante Sari tidak menyadari kalau mataku terus
mengikuti langkahnya menuju kamar mandi.
Ketika pintu kamar mandi telah tertutup, aku
membayangkan bagaimana tangan Tante Sari
mengusap lembut seluruh tubuhnya dengan
sabun yang wangi, mulai dari wajahnya yang
cantik, lalu pipinya yang mulus, bibirnya yang
sensual, lehernya yang jenjang, susunya yang
montok, perut dan pusarnya, terus vaginanya,
bokongnya yang montok, pahanya yang putih
dan mulus itu. Aku lalu langsung saja mengambil
sebuah kursi agar bisa mengintip lewat kaca di
atas pintu itu. Di situ tampak jelas sekali.
Tante Sari tampak mulai mengangkat ujung
kaosnya ke atas hingga melampaui kepalanya.
Tubuhnya tinggal terbalut celana pendek dan BH,
itu pun tak berlangsung lama, karena segera dia
melucutinya. Dia melepaskan celana pendek yang
dikenakannya, dan dia tidak memakai CD.
Kemudian dia melepaskan BH-nya dan
meloncatlah susunya yang besar itu. Lalu,
dengan diguyur air dia mengolesi seluruh
tubuhnya dengan sabun LUX, lalu tangannya
meremas kedua susunya dan berputar-putar di
ujungnya. Kejantananku seakan turut merasakan
pijitannya jadi membesar sekitar 50%. Dengan
posisi berdiri sambil bersandar tembok, Tante
Sari meneruskan gosokannya di daerah
selangkangan, sementara matanya tertutup rapat,
mulutnya menyungging.
Beberapa saat kemudian..
“Ayo, Dik Sony.. masuk saja tak perlu mengintip
begitu, kan nggak baik, pintunya nggak dikunci
kok!” tiba-tiba terdengar suara dari Tante Sari dari
dalam. Seruan itu hampir saja membuatku
pingsan dan amat sangat mengejutkan.
“Maaf yah Tante. Sony tidak sengaja lho,” sambil
pelan-pelan membuka pintu kamar mandi yang
memang tidak terkunci. Tetapi setelah pintu
terbuka, aku seperti patung menyaksikan
pemandangan yang tidak pernah terbayangkan.
Tante Sari tersenyum manis sekali dan..
“Ayo sini dong temani Tante mandi ya, jangan
seperti patung gicu?”
“Baik Tante..” kataku sambil menutup pintu.
“Dik Sony.. burungnya bangun ya?”
“Iya Tante.. ah jadi malu saya.. abis Sony liat
Tante telanjang gini mana harum lagi, jadi nafsu
saya, Tante..”
“Ah nggak pa-pa kok Dik Sony, itu wajar..”
“Dik Sony pernah ngesex belum?”
“Eee.. belum Tante..”
“Jadi, Dik Sony masih perjaka ya, wow ngetop
dong..”
“Akhh.. Tante jadi malu, Sony.”
Waktu itu bentuk celanaku sudah berubah 70%,
agak kembung, rupanya Tante Sari juga
memperhatikan.
“Dik Sony, burungnya masih bangun ya?”
Aku cuman mengangguk saja, dan diluar
dugaanku tiba-tiba Tante Sari mendekat dengan
tubuh telanjangnya meraba penisku.
“Wow besar juga burungmu, Dik Sony..” sambil
terus diraba turun naik, aku mulai merasakan
kenikmatan yang belum pernah kurasakan.
“Dik Sony.. boleh dong Tante liat burungnya?”
belum sempat aku menjawab, Tante Sari sudah
menarik ke bawah celana pendekku, praktis
tinggal CD-ku yang tertinggal plus kaos T-shirtku.
“Oh.. besar sekali dan sampe keluar gini, Dik
Sony.” kata Tante sambil mengocok penisku,
nikmat sekali dikocok Tante Sari dengan
tangannya yang halus mulus dan putih itu. Aku
tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku
tahu, penisku ternyata sudah digosok-gosokan
diantara buah dadanya yang montok dan besar
itu. “Ough.. Tante.. nikmat Tante.. ough..”
desahku sambil bersandar di dinding.
Setelah itu, Tante Sari memasukkan penisku ke
bibirnya, dengan buasnya dia mengeluar-
masukkan penisku di mulutnya sambil sekali-kali
menyedot, kadang-kadang juga dia menjilat dan
menyedot habis 2 telur kembarku. Aku kaget,
tiba-tiba Tante Sari menghentikan kegiatannya.
Dia pegangi penisku sambil berjalan ke arah bak
mandi, lalu Tante Sari nungging
membelakangiku, sebongkah pantat terpampang
jelas di depanku.
“Dik Sony.. berbuatlah sesukamu.. kerjain Tante
ya?!”
Aku melihat pemandangan yang begitu indah,
vagina dengan bulu halus yang tidak terlalu lebat.
Lalu langsung saja kusosor vaginanya yang
harum dan ada lendir asin yang begitu banyak
keluar dari vaginanya. Kulahap dengan rakus
vagina Tante Sari, aku mainkan lidahku di
klitorisnya, sesekali kumasukkan lidahku ke
lubang vaginanya.
“Ough Sonn.. ough..” desah Tante Sari sambil
meremas-remas susunya.
“Terus Son.. Sonn..” aku semakin keranjingan,
terlebih lagi waktu kumasukkan lidahku ke dalam
vaginanya ada rasa hangat dan denyut-denyut
kecil semakin membuatku gila.
Kemudian Tante Sari tidur terlentang di lantai
dengan kedua paha ditekuk ke atas.
“Ayo Dik Sony.. Tante udah nggak tahan.. mana
burungmu Son?”
“Tante udah nggak tahan ya?” kataku sambil
melihat pemandangan demikian menantang,
vaginanya dengan sedikit rambut lembut,
dibasahi cairan harum asin demikian terlihat
mengkilat, aku langsung menancapkan penisku di
bibir vaginanya.
“Aoghh..” teriak Tante Sari.
“Kenapa Tante..?” tanyaku kaget.
“Nggak.. Nggak apa-apa kok Son.. teruskan..
teruskan..”
Aku masukkan kepala penisku di vaginanya.
“Sempit sekali Tante.. sempit sekali Tante?”
” Nggak pa-pa Son.. terus aja.. soalnya udah
lama sich Tante nggak ginian.. ntar juga enak
kok..”
Yah, aku paksa sedikit demi sedikit, baru setengah
dari penisku amblas. Tante Sari sudah seperti
cacing kepanasan menggelepar kesana kemari.
“Ough.. Son.. ouh.. Son.. enak Son.. terus Son..
oughh..” desah Tante Sari, begitu juga aku
walaupun penisku masuk ke vaginanya cuman
setengah tapi kempotannya sungguh luar biasa,
nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin
cepat, kali ini penisku sudah amblas dimakan
vagina Tante Sari. Keringat mulai membasahi
badanku dan badan Tante Sari.
Tiba-tiba Tante Sari terduduk sambil memelukku
dan mencakarku.
“Oughh Son.. ough.. luar biasa.. oughh.. Sonn..”
katanya sambil merem melek.
“Kayaknya aku mau orgasme.. ough..” penisku
tetap menancap di vagina Tante Sari.
“Dik Sony udah mau keluar ya?”
Aku menggeleng, kemudian Tante Sari terlentang
kembali. Aku seperti kesetanan menggerakkan
badanku maju mundur, aku melirik susunya
yang bergelantungan karena gerakanku, aku
menunduk, kucium putingnya yang coklat
kemerahan. Tante Sari semakin mendesah,
“Ough.. Sonn..” tiba-tiba Tante Sari memelukku
sedikit agak mencakar punggungku.
“Oughh.. Sonn.. aku keluar lagi..”
Vaginanya kurasakan semakin licin dan semakin
besar, tapi denyutannya semakin kerasa. Aku
dibuat terbang rasanya. Ah, rasanya aku sudah
mau keluar. Sambil terus goyang, kutanya Tante
Sari.
“Tante.. aku keluarin di mana Tante..? Di dalam
boleh nggak..?”
“Terseraahh.. Soonn..” desah Tante Sari.
Kupercepat gerakanku, burungku berdenyut
keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh
penisku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku
serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar
biasa. Akhirnya kumuntahkan laharku dalam
vagina Tante Sari, masih kugerakkan badanku
dan rupanya Tante Sari orgasme kembali lalu dia
gigit dadaku, “Oughh..”
“Dik Sony.. Sonn.. kamu memang hebat..”
Aku kembali mangenakann CD-ku serta celana
pendekku. Sementara Tante Sari masih tetap
telanjang, terlentang di lantai.
“Dik Sony.. kalo mau beli makan malam lagi yah..
jam-jam sekian aja ya..” kata Tante Sari
menggodaku sambil memainkan puting dan
klitorisnya yang masih nampak bengkak.
“Tante ingin Dik Sony sering makan di rumah
Tante ya..” kata Tante Sari sambil tersenyum
genit.
Kemudian aku pulang, aku jadi tertawa sendiri
karena kejadian tadi. Ya gimana tidak ketawa
cuma gara-gara “Ayam Goreng” aku bisa
menikmati indahnya bercinta dengan Tante Sari.
Dunia ini memang indah. Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/1476
U-ON

inc Powered by Xtgem.com